Minggu, 07 Oktober 2012

Satu Tahun. Tanpamu


Aku terbangun seperti biasa. Menatap handphone beberapa lama lalu melirih diam-diam ke arah jam. Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda disini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yg dirasakan oleh hati.

Metaku berkunang-kunang, pagi tadi memang sangat dingin. Aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam di sana. Dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap menggigil­­ aku sendirian. Dengan kehangatan yang masih menempel dalam sudut-sudut luas otak, seakan membekukan kinerja hati. Aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang secara sukarela membangunkanku atau menampar wajahku sangat keras, sungguh, aku ingin tersadar  dari bayang-bayang yang terlalu sering kukejar. Sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yg sebenarnya tak pernah ku ingat lagi.

Sudah tanggal 1. Seberapa pentingkah tanggal satu? Ya….memang tidak penting bagi siapapun yang tak mengalami hal spesial di tanggal itu. Kita masuk ke bulan oktober. Bulan yang baru. Harapan baru. Mimpi yang baru. Cita-cita baru. Juga kadang, tak ada yang baru. Aku hanya ingin kau tau, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan. Tak semua yang disebut masa lalu akan menghasilkan air mata. Aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya aku tahu rasanya perpisahan. Aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebnarnya tak pernah ingin kutinggalkan. Aku semakin tahu, masa lalu setidaknya selalu jadi sebab. Kamu, yang dulu ku miliki tak lagi bisa ku genggam dengan jemari.

Kita berpisah. tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan intrupsi. Iya, berpisah, begitu saja. Seakan-akan semua hanyalah sepele, bisa begitu mudah disentil oleh hentakkan kecil. Sangat mudah, sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita memang telah benar-benar berpisah? Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterkaitan apa-apa. Hanya saja aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama, cinta yang dulu kita bela begitu manis berbisik. Lirih…dingin…memesona… segala yang semu menggoda aku dan kamu, kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta.

Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama, dengan denyut yang tak berbeda, begitu seirama…tanpa cela, tanpa cacat. Sempurna. Dan, aku bahagia. Bahagia? Benarkah aku dan kamu pernah merasa bahagia? Jika iya, mengapa kita memilih perpisaahan sebagai jalan? Jika bahagia adalah jawaban, mengapa aku dan kamu masih sering bertanya-tanya? Pada Tuhan, pada manusia lainnya, dan pada hati kita sendiri. Kenapa harus kau ubah mimpi menjadi api? Mengaapa kau ubah pelangi menjadi bui?  Mengapa harus kauciptakan luka, jika selama ini kau merasa kita telah sampai dipuncak bahagia?

Kegelisahanku meningkat, ketika aku memikirkanmu, ketika aku memikirkan pola makanmu, juga kesehatanmu. Aku bahkan masih mengkhawatirkanmu, masih diam-diam mencari tahu kabarmu, dan aku  masih merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi kekosongan hatimu. Seharusnya, aku tak perlu merasa seperti itu, kerana masa lalu, karena kita tak terkait apa-apa lagi. Benar, akulah yang bodoh, yang tak memutuskan diri untuk segera berhenti. Aku masih berjalan, terus berjalan, dengan menutup mata yang tak ingin kubuka. Semuanya gelap, tanpamu… kosong.

Ternyata, hari berlalu dengan sangat cepat. Sudah setahun, dan sudah terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu didalam doa. Salahku, yang terlalu perasa. Salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani. Kupikir, dengan ikuti aturanku, semua akan semakin sempurna. Lagi dan lagi, aku salah, dan kamu memilih untuk pergi. Ini juga salahku, karena tak mengunci langkahmu ketika ingin menjauh.

Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kualami masih sama. Aku masih mengerjakan rutinitasku. Dan, aku mulai berusaha mencari penggantimu. Mereka berlalu-lalang datang dan pergi, ada yang diam berlama-lama, ada yang ingin singgah. Semua berotasi, berputar dan berganti. Namun, tak ada lagi yang sama, kali ini semua berbeda. Tak ada kamu yang dulu, tak ada kita yang dulu. Ya, semua kenangan memang berasal dari masa lalu tapi tetap punya tempat tersendiri di hati yang sedang bergerak ke masa depan.

Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukan. Padahal, aku masih jalani hari yang sama, aku masih menjadi diriku, dan jiwaku masih lekat dengan tubuhku. Tapi, masih ada yang kurang dan berbeda.  Kesunyian ini bernama… tanpamu.

Jika jemari ditakdirkan untuk menghapus air mata, mengapa kali ini aku menghapus air mataku sendiri? Dimanakah jemarimu saat tak bisa kauhapuskan air mataku?

Selamat (gagal) satu tahun.
Jika kau rindukan kita yang dulu, akupun juga begitu.



Senin, 01 Oktober 2012

KAMU INGAT GAK?


Kamu inget gak pas aku kenal kamu, dengan cara yang unik?

Kamu inget gak pas aku nembak kamu dan nyatain "aku cinta kamu"? 

Kamu inget gak pas aku nemuin kamu, bela-belain sisihin uang jajan buat nyamperin kamu yang jauh di sana?

Kamu inget gak pas aku mau dapetin kamu, aku gak lupa buat selalu isiin pulsa biar gak telat kasih perhatian ke kamu?

Kamu inget gak pas aku mau pergi ninggalin kamu dan di situ kita mau ngeluarin air mata bareng-bareng karena kita bakal pisah lagi dan enggak tau kapan bakal ketemu lagi?

Kamu inget gak pas aku ajak kamu nonton dan itu pertama kalinya aku jalan bareng sama kamu?

Kamu inget gak kalo aku selalu ada di saat kamu butuh, beda banget sama kamu?

Kamu inget gak kalau aku pernah nyamperin kamu tanpa sepengetahuan kamu dan tiba-tiba ada di depan rumah kamu?

Kamu inget gak pas kita berantem hebat saat jauhan, ketika aku samperin kamu kita ketawa-ketawa bareng lagi.

Dan kamu inget gak ada aku di sini yang masih mempertahankan kamu, dengan susah payah. semampuku...


Aku bukan kangen kamu, aku cuma inget aja kita yang dulu kok jauh lebih baik keadaanya dibanding kita yang sekarang.

Aku bukan ngajak kamu kangen kita yang dulu, cuma mau bernostalgia aja sama kita yang dulu sambil benerin kesalahan yang sekarang.

Kita masih menyimpan kenangan, jangan buat kita membuangnya hanya karena masalah sepele, egois dalam menahan rindu.

Semua kenangan manis atau pahit itu pernah kita lewati, apa kita akan mengubur dan membuangnya jauh-jauh? aku gak mau.

Dalam keadaan seperti ini aku jadi ingat beberapa lirik yang sudah beberapa kali ku dengar kemarin, dan ini menyentuh emosiku.

Can you promise me if this is right:
Don't throw it all away?
Can you do all these things?

Will you do all these things...

Like we used to?
Oh, like we used to... ~ #np

(source: http://myldrstory.blogspot.com/2012/09/kamu-inget-gak.html)